Rabu, 09 November 2011

SEPUTAR LDII


Lembaga Dakwah Islam Indonesia disingkat LDII adalah sebuah organisasi islam di Indonesia. Sebelumnya sejak tanggal 13 Januari 1972 organisasi ini bernama LEMKARI. Pada tahun 1990 saat berlangsungnya Musyawarah Besar LEMKARI ke IV di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, oleh Rudini, Menteri Dalam Negeri saat itu, organisasi ini diubah namanya menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dengan alasan agar namanya tak tertukar dengan Lembaga Karatedo Indonesia yang juga memakai nama LEMKARI. LDII saat ini dipimpin oleh Ketua Umumnya Prof.Riset.Dr.Ir. KH. Abdullah Syam, MSc yang memiliki perwakilan di setiap provinsi dan 407 DPD Kota/Kabupaten, 4500 PC dan ribuan masjid yang tersebar di seluruh nusantara. Jumlah pengikut LDII menurut data statistik organisasi antara 25-29 juta jiwa di seluruh dunia. Pemerintah RI dan MUI juga mengakui bahwa warga LDII memiliki budiluhur yang baik dan menghormati hukum.
Metode Pengajaran LDII
Di dalam mengajarkan ilmu Alqu’ran dan Alhadits, LDII tidak menggunakan sistim kelas seperti pada umumnya. Metode penyampaian guru membacakan Al Quran,mengartikannya secara kata per kata dan menafsirkannya dengan dasar penafsiran dari hadits yang berkaitan dan penjelasan beberapa ahli tafsir, misalnya tafsir Ibn Katsir. Murid-murid mencatat arti kata-per kata di Al Qurannya dan juga penjelasan tafsirnya. Untuk AL Hadits cara yang sama diajarkan, dimana guru dan murid sama-sama memgang hadits yang sama dan melakukan kajian. Hadits yang dipelajari adalah utamanya hadits kutubussittah (Bukhori, Muslim, Abu Dawud, Nasai, Timidzi, Ibn Majah) dan juga hadits lainnya seperti Malik al Muatho, dan musnad Ahmad., disamping itu mereka juga mempelajari himpunan hadit sesuai temanya, sepeti kitab sholat yang berisi tatacara sholat sesuai ajaran Nabi Muhammad yang tertulis dalam beberapa sumber hadits, kitab puasa (shoum), kitab manasik haji, dan lain-lain. Dengan mempelajari hadits secara langsung dari kitab aslinya berarti secara langsung mengetahui suatu hadits apakah shohih atau lemah, sehingga terhindar dari rusaknya ilmu dan amal mereka.
Metode pemaknaan perlafadz itulah yang membuat para anggota LDII banyak menguasai kata-kata arab yang sangat berguna dalam kehidupan beragama. Misalnya mereka dapat mengerti apabila sedang membaca Al Quran tanpa harus mempelajari ilmu bahasa arab atau ilmu alat (nawnu, shorof) karena ulama LDII beranggapan bahwa pencerdasan ilmu Al Quran bukan hanya milik ulama tetapi untuk semua orang, karena memang AL Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia bukan hanya untuk ulama tertentu. Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk pada kita semua.
Aktivitas Pengajian LDII
LDII menyelenggarakan pengajian dengan rutinitas kegiatan yang cukup tinggi karena Al Qur’an dan Al Hadits itu merupakan bahan kajian yang cukup banyak dan luas. Di tingkat PAC umumnya pengajian diadakan 2-3 kali seminggu, sedangkan di tingkat PC diadakan pengajian seminggu sekali. Untuk memahamkan agama islam yang sesuai dengan qur’an dan hadist, LDII mempunyai program pembinaan cabe rawit (usia prasekolah sampai SD) yang terkoordinir diseluruh masjid LDII. Selain pengajian umum, juga ada pengajian khusus remaja dan pemuda, pengajian khusus Ibu-ibu, dan bahkan pengajian khusus Manula/Lanjut usia.Ada juga pengajian UNIK (usia nikah) Disamping itu ada pula pengajian secara umum kepada masyarakat yang ingin belajar Al-qur’an dan hadits. Pada musim liburan sering diadakan Kegiatan Pengkhataman Al-qur’an dan hadits selama beberapa hari yang biasa diikuti anak-anak warga LDII untuk mengisi waktu liburan mereka. Dalam pengajian ini pula diberi pemahaman kepada seluruh warga LDII tentang bagaimana pentingnya dan pahalanya orang yang mau belajar dan mengamalkan Al-qur’an dan hadits dalam keseharian mereka.
Setiap bulan Ramadhan, terutama pada 10 hari terakhir bulan ramadhan, seluruh masjid LDII selalu penuh sesak digunakan oleh masyarakat beribadah non-stop mulai jam setengah delapan malam (sehabis sholat Isya’) hingga sebelum subuh (sekitar pukul setengah empat pagi) untuk mencari Lailatul Qadar.
Sumber Pendanaan LDII
Didalam membiayai segala macam aktivitasnya menurut ketentuan ART organisasi pasal 35, LDII mendapatkan dana dari sumbangan sah dan tidak mengikat yang sebagian besar dikumpulkan secara sukarela dari warga LDII sendiri (swadana) tanpa paksaan apapun. Selain dari warganya, LDII juga menerima sumbangan dalam berbagai bentuk dari pemerintah RI, swasta maupun perorangan.
Kontroversi
Gerakan LDII merupakan lembaga yang berusaha membangun peradaban Islam berdasarkan tuntunan Al-quran dan Al-hadits tetapi menuai banyak kontroversi dan dianggap sesat oleh beberapa aliran Islam lainnya akibat kesalahpahaman yang sering terjadi akibat rendahnya pengetahuan masyarakat tentang aktivitas pengajian LDII [1], terutama dengan tuduhan mereka terhadap adanya doktrin-doktrin LDII yang diduga tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti penghalalan harta kelompok lain di luar kelompok mereka untuk diambil (padahal tidak benar), konsep manquul pada pembelajarannya, pembayaran denda sebagian harta untuk menebus dosa, dan lain-lain. Pihak LDII sendiri membantah hal tersebut dan menuduhnya sebagai propaganda untuk menjatuhkan LDII. Hal tersebut dapat dilihat pada terbitnya buku berjudul “Islam Jama’ah : Di Balik Pengadilan Media Massa”

PENYAKIT ZAMAN AKHIR


Istilah wahan diungkapkan oleh Nabi saw-tatkala menjelaskan kondisi umat manusia di masa akan datang. Penyakit wahan ini menjadi penyebab utama segala keburukan dan keterpurukan umat Islam sehingga karenanya mereka menjadi bulan-bulanan musuh-musuh islam. Bahkan lebih tragis lagi, Nabi saw mengibaratkan mereka laksana makanan yang menjadi rebutan orang-orang rakus yang kelaparan.

Dari Tsauban radliyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah saw bersabda, "Akan datang suatu masa, di mana bangsa-bangsa akan mengeroyok kalian seperti orang-orang rakus memperebutkan makanan di atas meja.
Ada seorang yang bertanya, 'Apakah karena pada saat itu jumlah kami sedikit?'
Rasulullah saw menjawab: 'Tidak, bahkan kamu pada saat itu mayoritas, akan tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air laut. Sesungguhnya Allah telah mencabut rasa takut dari musuh-musuh kalian, dan telah mencampakkan penyakit al wahan pada hati kalian'.
Seorang sahabat bertanya: 'Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.'
Rasulullah saw-menjawab: 'Al Wahan adalah penyakit cinta dunia dan takut mati' ". (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya)
Sebab-sebab Wahan
Penyakit wahan timbul karena merasuknya cinta kepada dunia ke dalam hati manusia, seperti cinta berlebih kepada harta, benda, tahta, wanita, dan lainnya. Dari kecintaan dunia yang sangat berlebih nantinya akan melahirkan mental pengecut yang takut mati.
Cinta dunia dan takut mati saling berkait, laksana satu paket. Keduanya menjadi penyebab kehinaan dalam agama di hadapan musuh. Semoga Allah melindungi kita darinya.
Akibat dari penyakit wahan akan menumbuhkan keengganan berjuang dan berjihad untuk mempertahankan iman dan memperjuangkan agama. Padahal meninggalkan jihad merupakan sebab keterpurukan umat ini. Rasulullah saw bersabda:
"Jika kalian berdagang dengan sistem 'inah (salah satu bentuk riba), kalian ridha dengan peternakan, kalian ridha dengan pertanian dan kalian meninggalkan jihad maka Allah timpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dicabut sampai kalian kembali kepada agama kalian." (HR. Ahmad, Abu Daud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani dalam al Silsilah, No. 11)
hadits ini menyimpulkan bahwa dalam hadits terdapat celaan dan ancaman bagi orang yang sibuk dengan pertanian dan peternakannya di saat musim jihad. Dari situ dapat disimpulkan bahwa di antara dimaksud dengan Dien (yang menjadi solusi dengan kembali padanya) dalam hadits ini adalah Jihad. Karena shalat, zakat, puasa, haji dan dzikir tidak akan mampu mengangkat umat ini dari kehinaan. Semua ibadah ini memang merupakan bagian dari Ad-Dien dan mempunyai peran penting, dalam melenyapkan kehinaan ini.
Manusia pada dasarnya ingin kaya, pangkat tinggi, memiliki pangaruh yang besar, terkenal di mana-mana, dan mempunyai istri yang cantik. Manakala seseorang telah mencapai keinginannya sementara aturan-aturan Allah tidak dipergunakan dalam mengatur dan mengendalikan kekayaan dunianya, maka inilah yang disebut materialistis, alias cinta dunia.
Faham materilisme ini sama sekali tidak dibolehkan dalam ajaran Islam, bahkan adalah merupakan musuh Islam yang tergolong utama. Faham ini merupakan warisan dari Iblis la'natullahi'alaihi, yang memang kehadiran dan keberadaanya di dalam diri hanya untuk menggoda agar manusia rusak, sehingga (pada akhirnya kelak) menjadi penghuni neraka bersama Iblis.
Kepada Iblis Allah Subhanahu wa Ta'ala bertanya: "Apakah yang menghalangimu sujud kepada Adam?" Iblis menjawab: "Aku lebih baik daripada Adam. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya dari tanah ?" (QS.Al-A'raaf: 12).
Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan timbulnya penyakit wahan di masyarakat muslim, yakni:
1. Kaum muslimin banyak yang belum memahami karakteristik ajaran Islam itu sendiri. Akibatnya, dengan mudah mereka menerima faham-faham yang tidak sesuai ajaran Islam. Mereka hanya menerima hal-hal yang sesuai dengan tuntutan hawa nafsunya. Sedangkan hal-hal yang jelas berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Islam dilihat dan disikapinya sebagai suatu beban dan menyusahkan kehidupan. Mereka merasa ragu dan telah phobi terhadap Islam.
2. Pengaruh racun berpikir yang disuntikan sejak lama oleh musuh-musuh Islam terhadap kaum muslimin. Proses pencekokan tersebut berlangsung dengan demikian halus dan terorganisir, sehingga umat Islam menjadi lemah dan terpecah-pecah. Hal itu sesungguhnya amat kita lihat dan rasakan.
3. Kekuasaan militer, politik dan pemerintahan yang tidak berada di tangan kaum muslim sehingga urusan umat Islam diserahkan kepada orang-orang kafir lagi fujur, fasik dan munafik. Mereka mengangkangi kaum muslimin dalam berbagai bidang.
4. Untuk mewujudkan cita-citanya musuh-musuh Islam (Yahudi dan Nasrani) merancang taktik strategi untuk menghadapi umat Islam. Mereka memanfaatkan kekayaan, ilmu pangetahuan, dan teknologi yang mereka miliki untuk menghadapi dan memperdaya umat Islam. Sehingga situasi dan kondisi dunia lslam benar-benar dalam keadaan lemah, terbelakang, terpecah-pecah, dan malah sesama umat Islam itu sendiri saling beradu dan bermusuhan.
Membasmi Penyakit Wahan
Penyakit wahan ini bisa diatasi dengan jalan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kembali kepada tuntunan ajaran Islam.Mereka yang merasa bahwa penyakit ini telah menghinggapi dirinya hendaklah melakukan langkah-langkah berikut :
1. Meningkatkan keimanan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hari akhir, sampai pada derajat yakin. Dengan keyakinan ini penyakit cinta dunia atau takut mati akan hilang.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al Hadid:20)
2. Selalu mengkaji dan memahami ajaran Islam, terutama bidang akidah, yang merupakan inti ajaran Islam.
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang Hak) melainkan Allah." (QS.Mubammad: 19)
3. Menghayati perspektif Islam terhadap konsep kebahagiaan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Islam tidak mengharamkan dunia dan perhiasannya, akan tetapi menjadikannya sebagai alat untuk mencapai kehidupan dan kebahagjaan akhirat.
4. Meningkatkan dan memantapkan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan demikian maka sifat qana'ahnya muncul dan menjadi citra diri dan kehidupannya. Rasa syukurnya semakin meningkat, dan tawadhu (rendah hati) akan menjadi benteng dan sekaligus penghias dirinya.
"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS An-Nahl:96).
5. Berjihad di jalan Allah dengan segenap kemampuannya yang ada. Karena orang yang berjihad telah menjual diri dan hartanya kepada Allah dengan surga. Dan ini adalah sebesar-besar ketundukan kepada-Nya dan sebesar-besar pengorbanan untuk-Nya. Maka tepat sekali jika Allah menjamin hidayah bagi orang yang benar dalam jihadnya.
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Furqaan :52)

IDUL QURBAN 2011


idul adha kali ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya,
+ 100 hewan di korbankan oleh jama'ah LDII Bontang
smg amal ibadah diterima disisi Alloh swt.
"ujar salah satu ustadz/mubaligh yg tidak mau disebutkan namanya."





KEUTAMAAN MENYEMBELIH HEWAN QURBAN

1
"Qoola rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallama maa min ayyaamin al-‘amalush-shoolihu fiihaa ahabbu ilalloohi min haadzihil ayyaami ya’nii ayyaamal ‘asyro qooluu yaa rosuulaloohi walaal jihaadu fii sabiilillaahi qoola walal jihaadu fii sabiilillaahi illaa rojulun khoroja binafsihi wamaalihi falam yarji’ min dzaalika bisyai-in


Rosulullohi Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda: “Tiada hari beramal sholeh dalam hari itu yang paling disenangi Alloh daripada hari ini yakni hari tanggal 10 Dzul Hijjah”. Mereka berkata: “Bukankah berjihad di dalam jalan Alloh ? Rosululloh bersabda: “Bukan berjihad di dalam jalan Alloh, melainkan seorang laki-laki yang keluar (ke medan perang) dirinya dan hartanya lalu dia tidak pulang dengan sesuatu pun (pulang tinggal namanya: dirinya mati, hartanya habis). (HR. Abu Daud).

2. ‘An ‘aa-isyata anna rosuulalloohi shollalloohu ‘alaihi wasallama qoola maa aadamiyyu min ‘amalin yauman nahri ahabba ilalloohi min ahrooqid dami innahaa lata’tii yaumal qiyaamati biquruunihaa wa asya’aarihaa wa-adhzlaafihaa wa innad-dama layaqo’u minalloohi bimakaanin qobla an yaqo’a minal ardhi fathiibuu bihaa nafsaa(n)"

Artinya: "Dari Aisyah, sesungguhnya Rosulallohi Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda: “Tiada amalan anak cucu Adam pada hari menyembelih qurban (tanggal 10 Dzul Hijjah) yang paling disenangi Alloh daripada mengalirkan darah (berqurban). Sesungguhnya hewan qurban itu kelak pada hari Kiamat niscaya datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, kuku-kuku kakinya. Dan sesungguhnya darah niscaya jatuh di suatu tempat di sisi Alloh sebelum darah itu jatuh di bumi, maka bersenang hatilah kamu dengan qurban”. (HR. Tirmidzi)


3. "Man dhoh-haa thoyyibatan bihaa nafsuhu muhtasiban li-udh-hiyatihi kaanat lahu hijaaban minan-naari"

artinya: "Barangsiapa yang berqurban dengan senang hati lagi mencari fahala pada sembelihan qurbannya, maka hewan qurbannya itu akan menjadi penghalang baginya dari api neraka." (HR. Thobrooni).


4. "Annal udh-hiyata laisat biwaajibatin walaakinnahaa sunnatun min sunnanin nabiyyi shollalloohu ‘alaihi wasallama yustahabbu an yu’mala bihaa"
artinya: "Sesungguhnya berqurban itu tidak wajib, tapi merupakan sunnah yaitu sunnahnya Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam, sangat disenangi bila qurban itu diamalkan". (HR. Tirmidzi).



5. ‘Anibni umaro qoola aqooma rosuululloohi shollalloohu ‘alaihi wasallama bil madiinati ‘syro siniina yudhoh-hii"
artinya: "Dari Ibni Umar, Ibni Umar berkata: “Rosulullohi Shollalloohu Alaihi Wasallam bermukim (bertempat tinggal) di Madinah 10 tahun menyembelih qurban terus”. (HR. Tirmidzi).


6. "Walbudna ja’alnaahaa lakum min syaa’aa-irillaahi lakum fiihaa khoirun fadzkurusmallooha ‘alaihaa showaafa fa-idzaa wajabat junuubuhaa fakuluu minhaa wa-ath’imulqooni’a walmu’tarro kadzaalika sakh-khornaahaa lakum la’al-lakum tasykuruuna lan yanaalallooha luhuumuhaa walaa dimaa-uhaa walaakin yanaaluhut-taqwaa minkum kadzaalika sakh-khorohaa lakum litukabbirullooha ‘alaa maa hadaakum wabasy-syiril muhsiniina"

artinya: “Dan unta-unta yang telah Kami (Alloh) jadikan itu untuk kamu termasuk syi’ar (sebahagian dari tanda-tanda kebesaran) Alloh, kamu memperoleh kebaikan yang banyak di dalamnya. Maka sebutlah nama Alloh ketika kamu atas (menyembelih) nya keadaan berdiri. Maka ketika lambungnya telah roboh (mati), lalu makanlah dari sebahagiannya dan memberilah makan orang yang tidak meminta dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu agar kamu bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu tidak akan sampai pada Alloh (Alloh tidak butuh daging dan darah qurban), tapi ketaqwaan kamu yang akan sampai kepada-Nya. Demikianlah Alloh telah menundukkannya kepada kamu supaya kamu membesarkan kepada Alloh atas apa-apa yang telah Alloh tunjukkan kepada kamu (bertakbiran). Dan memberilah khabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-Hajj, No. Surat 22 Ayat 36-37).